Berita
Teori Kultivasi: Apa Benar Serial TV Bisa Ubah Cara Pandang Kamu Tentang Dunia?
- 14 October 2024
- Posted by: webmaster
- Category: artikel widuri KEMAHASISWAAN

Kominfo Widuri – Di era digital saat ini, serial TV dan film bukan hanya sarana hiburan semata, tetapi juga bisa mempengaruhi cara kita melihat dunia. Pernahkah kamu merasa bahwa setelah menonton suatu serial TV, kamu mulai mengadopsi pandangan yang berbeda tentang suatu topik atau peristiwa? Jika iya, maka kamu sedang merasakan efek yang dijelaskan oleh Teori Kultivasi.
Teori ini, yang dikemukakan oleh George Gerbner pada tahun 1970-an, meneliti bagaimana media massa, khususnya televisi, memiliki kekuatan untuk membentuk persepsi kita tentang realitas. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang Teori Kultivasi, bagaimana televisi bisa memengaruhi cara pandang kita terhadap dunia, serta tokoh-tokoh penting yang mendasari teori ini.
Apa Itu Teori Kultivasi?
Teori Kultivasi menekankan bahwa media massa, khususnya televisi, tidak hanya memberi informasi, tetapi juga membentuk persepsi kita terhadap realitas sosial. Menurut Gerbner, orang yang menghabiskan banyak waktu menonton televisi cenderung mengembangkan pandangan yang lebih selaras dengan apa yang mereka lihat di layar, bahkan jika pandangan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan.
Gerbner menggambarkan televisi sebagai “pencerita utama” dalam masyarakat modern, karena TV menyajikan alur cerita, nilai-nilai, dan representasi yang secara perlahan mempengaruhi pemahaman kita tentang dunia nyata. Penonton yang sering terpapar dengan pesan-pesan tertentu dalam media, seperti kekerasan, kemewahan, atau gaya hidup, dapat mulai percaya bahwa itulah kenyataan umum yang dialami oleh kebanyakan orang.
Bagaimana Teori Kultivasi Bekerja?
Teori Kultivasi menyatakan bahwa semakin sering seseorang terpapar pada konten media, semakin besar pengaruhnya terhadap persepsi mereka tentang dunia. Pengaruh ini terjadi secara bertahap dan tidak langsung. Gerbner membedakan pengaruh kultivasi dalam dua bentuk:
- Kultivasi Utama: Ini adalah efek langsung dari seringnya menonton televisi. Penonton mengembangkan pandangan yang mendekati realitas yang disajikan di televisi. Misalnya, jika seseorang sering menonton program berita kriminal, mereka mungkin mulai percaya bahwa tingkat kejahatan di dunia nyata lebih tinggi daripada yang sebenarnya terjadi.
- Kultivasi Sekunder: Ini adalah efek yang lebih halus, di mana penonton yang terpapar pada media mulai membentuk pandangan tentang aspek-aspek spesifik kehidupan, seperti hubungan antarpribadi, standar kecantikan, atau dinamika kekuasaan.
Sebagai contoh, banyak penonton serial TV drama yang menampilkan kehidupan mewah dan glamor mulai memandang kesuksesan sebagai sesuatu yang terukur dari materi dan status sosial, meskipun realitas hidup mungkin jauh berbeda dari yang digambarkan di layar.
Tokoh yang Mempengaruhi Teori Kultivasi
Selain George Gerbner, ada beberapa tokoh lain yang ikut memperkaya konsep Teori Kultivasi dan membantu dalam memajukan penelitian tentang pengaruh media terhadap cara pandang masyarakat:
- Larry Gross: Sebagai salah satu kolega terdekat Gerbner, Larry Gross berperan penting dalam mengembangkan Cultural Indicators Project, sebuah penelitian jangka panjang yang mengukur bagaimana televisi mempengaruhi pandangan masyarakat tentang kekerasan, gender, dan stereotip sosial. Gross juga berkontribusi dalam penelitian yang memperluas teori kultivasi ke media lain, termasuk iklan dan representasi kelompok minoritas.
- Michael Morgan: Sebagai salah satu ahli teori komunikasi modern, Michael Morgan terus melanjutkan penelitian Gerbner setelah kematiannya. Ia berfokus pada pengaruh media massa terhadap persepsi politik, stereotip rasial, dan pandangan masyarakat tentang keadilan sosial. Morgan juga meneliti dampak kultivasi dalam berbagai budaya di seluruh dunia.
- Nancy Signorielli: Sebagai peneliti yang bekerja sama dengan Gerbner, Nancy Signorielli mengeksplorasi bagaimana penggambaran media tentang gender, pekerjaan, dan peran keluarga memengaruhi cara masyarakat memandang dunia. Penelitiannya menunjukkan bahwa penggambaran karakter wanita di media sering kali menguatkan stereotip gender yang dapat mempengaruhi persepsi anak muda tentang peran perempuan di masyarakat.
Contoh Penerapan Teori Kultivasi
Teori Kultivasi dapat diterapkan pada berbagai aspek media modern, termasuk serial TV populer. Beberapa contoh bagaimana serial TV bisa memengaruhi persepsi kita:
- Kekerasan di Media: Serial TV kriminal seperti “CSI” atau “Law & Order” sering kali menampilkan kejahatan sebagai bagian utama dari ceritanya. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang sering menonton serial semacam ini cenderung mempersepsikan dunia nyata sebagai tempat yang lebih berbahaya dan penuh dengan kriminalitas, bahkan jika tingkat kejahatan di sekitar mereka sebenarnya rendah. Ini dikenal sebagai mean world syndrome, di mana seseorang merasa dunia lebih menakutkan daripada yang sebenarnya.
- Standar Kecantikan: Acara TV seperti “Keeping Up with the Kardashians” atau serial drama seperti “Gossip Girl” memperlihatkan standar kecantikan dan gaya hidup mewah yang bisa mempengaruhi penonton, terutama remaja, untuk percaya bahwa penampilan fisik dan materi adalah hal utama dalam meraih kebahagiaan dan kesuksesan.
- Penggambaran Hubungan Percintaan: Banyak serial TV yang menggambarkan hubungan percintaan yang dramatis atau penuh intrik, seperti dalam “Grey’s Anatomy” atau “The Bachelor”. Hal ini dapat membentuk pandangan penonton bahwa hubungan percintaan harus penuh konflik atau tantangan agar dianggap menarik dan bermakna, meskipun dalam kenyataannya, hubungan sehat tidak selalu dramatis.
Kritik terhadap Teori Kultivasi
Meskipun teori ini menawarkan wawasan berharga tentang bagaimana media memengaruhi persepsi publik, Teori Kultivasi juga mendapat beberapa kritik:
- Terlalu Sederhana: Beberapa kritikus berpendapat bahwa teori ini menyederhanakan proses bagaimana media mempengaruhi individu. Pengaruh media sangat bergantung pada faktor lain seperti latar belakang budaya, pengalaman pribadi, dan tingkat pendidikan seseorang. Jadi, tidak semua orang akan dipengaruhi oleh media dengan cara yang sama.
- Tidak Mempertimbangkan Penggunaan Media Aktif: Teori Kultivasi cenderung melihat audiens sebagai penerima pasif dari pesan-pesan media, tanpa memperhitungkan bahwa banyak individu menggunakan media secara aktif dan kritis. Penonton yang sadar dan memiliki literasi media mungkin tidak mudah terpengaruh oleh pesan-pesan yang disajikan di televisi.
- Evolusi Media Digital: Dalam konteks media modern, seperti media sosial dan layanan streaming, teori ini mungkin perlu diperluas. Pengguna media sosial, misalnya, sering memiliki kendali lebih besar atas konten yang mereka konsumsi dibandingkan dengan penonton televisi tradisional.
Relevansi Teori Kultivasi di Era Digital
Meskipun teori ini dikembangkan pada era televisi, konsep kultivasi tetap relevan di era digital. Streaming platform seperti Netflix, YouTube, dan Disney+ menawarkan berbagai konten yang dapat mempengaruhi pandangan kita tentang dunia. Algoritma media sosial juga memperkuat eksposur kita terhadap konten-konten tertentu, yang pada akhirnya dapat membentuk persepsi kita tentang berbagai aspek kehidupan.
Misalnya, jika seseorang lebih sering menonton konten yang berkaitan dengan kekayaan dan gaya hidup mewah di media sosial, mereka mungkin mengembangkan pandangan yang terlalu idealis tentang kesuksesan dan kebahagiaan. Dalam konteks ini, Teori Kultivasi tetap relevan dalam menganalisis bagaimana eksposur media dapat membentuk perspektif dan sikap kita.
Kesimpulan
Teori Kultivasi menyoroti kekuatan media dalam membentuk cara pandang kita terhadap dunia, terutama melalui eksposur yang berulang terhadap konten yang serupa. Dengan memahami bagaimana media bekerja melalui teori ini, kita bisa lebih kritis terhadap apa yang kita tonton dan bagaimana itu memengaruhi pandangan kita tentang realitas.
Meskipun kritik terhadap teori ini ada, dampak media terhadap persepsi publik tidak bisa dipungkiri. Di era digital ini, penting bagi kita untuk menyadari pengaruh media yang kita konsumsi dan berusaha mengembangkan literasi media yang kuat, agar kita tidak terjebak dalam persepsi yang tidak realistis tentang dunia di sekitar kita.