Berita
Nah Ini Tentang CAR & RBC, Kamu tahu ?
- 17 April 2023
- Posted by: webmaster
- Category: artikel widuri
Oleh: Iwan Setiawan SE, M.I.Kom
Dosen STISIP Widuri
RBC dalam Dunia Asuransi
RBC (Risk-Based Capital) adalah sebuah ukuran yang digunakan dalam industri asuransi untuk mengukur seberapa besar modal yang harus dimiliki oleh perusahaan asuransi agar bisa menanggung risiko yang ada pada portofolio asuransi mereka. Konsep RBC berasal dari Basel I, dimana konsepnya adalah untuk memastikan bahwa institusi keuangan memiliki modal yang cukup untuk menanggung risiko yang diambilnya.
RBC merupakan suatu persentase dari total aset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan asuransi, yang harus dipertahankan sebagai modal untuk menanggung risiko. Nilai RBC yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan asuransi tersebut memiliki modal yang cukup besar untuk menanggung risiko yang diambilnya. Sebaliknya, jika nilai RBC rendah, maka dapat dianggap bahwa perusahaan asuransi tersebut memiliki risiko kebangkrutan yang tinggi.
Perhitungan RBC didasarkan pada risiko yang diambil oleh perusahaan asuransi. Risiko ini dapat berasal dari portofolio asuransi, misalnya risiko dari kumpulan premi yang harus dibayarkan oleh nasabah, risiko investasi, dan risiko operasional. RBC dapat dihitung dengan menggunakan formula yang telah disusun oleh regulator, misalnya OJK (Otoritas Jasa Keuangan) di Indonesia.
Dalam industri asuransi, RBC sangat penting untuk dipantau dan diperhatikan oleh regulator. Regulator akan memantau RBC untuk memastikan bahwa perusahaan asuransi memiliki modal yang cukup untuk menanggung risiko yang ada pada portofolio asuransi mereka. Jika nilai RBC terlalu rendah, maka regulator dapat meminta perusahaan asuransi untuk menambah modalnya.
CAR dalam Dunia Perbankan
CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar modal yang harus dimiliki oleh sebuah bank agar bisa menanggung risiko yang ada pada portofolio kredit mereka. CAR merupakan salah satu ukuran yang digunakan untuk menilai kekuatan keuangan sebuah bank.
CAR dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
CAR = (Modal Inti / Aset Risiko) x 100%
Aset risiko dalam rumus tersebut merujuk pada semua jenis risiko yang diambil oleh bank dalam portofolio kredit mereka, seperti risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, dan risiko operasional.
Modal inti adalah modal yang dimiliki oleh bank dalam bentuk saham biasa dan laba ditahan. Modal inti merupakan modal yang paling kuat dalam menghadapi risiko, karena modal ini tidak tergantung pada pinjaman atau hutang.
Dalam industri perbankan, CAR sangat penting untuk dipantau dan diperhatikan oleh regulator. Regulator akan memantau CAR untuk memastikan bahwa bank memiliki modal yang cukup untuk menanggung risiko yang ada pada portofolio kredit mereka. Jika nilai CAR terlalu rendah, maka regulator dapat meminta bank untuk menambah modalnya.
Kesimpulan
RBC dalam dunia asuransi dan CAR dalam dunia perbankan adalah dua ukuran yang digunakan untuk mengukur seberapa besar modal yang harus dimiliki oleh sebuah institusi keuangan agar bisa menanggung risiko yang ada.
Batas minimum CAR (Capital Adequacy Ratio) yang harus dipenuhi oleh sebuah bank ditentukan oleh regulator di setiap negara. Setiap negara memiliki persyaratan CAR yang berbeda-beda tergantung pada kondisi ekonomi, kebijakan moneter, dan regulasi perbankan yang berlaku di negara tersebut.
Sebagai contoh, di Indonesia, OJK (Otoritas Jasa Keuangan) menetapkan batas minimum CAR untuk bank umum sebesar 12%. Namun, bank-bank dengan karakteristik khusus, seperti bank syariah atau bank yang memiliki risiko tinggi, dapat memiliki batas minimum CAR yang lebih tinggi.
Batas minimum CAR ditetapkan untuk memastikan bahwa bank memiliki modal yang cukup untuk menanggung risiko yang ada pada portofolio kredit mereka. Jika nilai CAR di bawah batas minimum, maka regulator dapat meminta bank untuk menambah modalnya agar dapat memenuhi persyaratan CAR yang ditetapkan.
Meskipun batas minimum CAR ditetapkan oleh regulator, setiap bank seharusnya berupaya untuk memiliki CAR yang lebih tinggi dari batas minimum yang ditetapkan. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan nasabah dan investor terhadap kekuatan keuangan bank dan kemampuan bank untuk menghadapi risiko.
Batas minimum RBC (Risk-Based Capital) yang harus dipenuhi oleh sebuah perusahaan asuransi ditetapkan oleh regulator di setiap negara. Setiap negara memiliki persyaratan RBC yang berbeda-beda tergantung pada kondisi ekonomi, kebijakan asuransi, dan regulasi yang berlaku di negara tersebut.
Sebagai contoh, di Indonesia, OJK (Otoritas Jasa Keuangan) menetapkan batas minimum RBC untuk perusahaan asuransi umum sebesar 120%, sedangkan untuk perusahaan asuransi jiwa sebesar 150%. Namun, perusahaan asuransi dengan risiko yang lebih tinggi, seperti perusahaan asuransi yang terkait dengan aset berisiko tinggi, dapat memiliki batas minimum RBC yang lebih tinggi.
Batas minimum RBC ditetapkan untuk memastikan bahwa perusahaan asuransi memiliki modal yang cukup untuk menanggung risiko yang ada pada portofolio asuransi mereka. Jika nilai RBC di bawah batas minimum, maka regulator dapat meminta perusahaan asuransi untuk menambah modalnya agar dapat memenuhi persyaratan RBC yang ditetapkan.
Meskipun batas minimum RBC ditetapkan oleh regulator, setiap perusahaan asuransi seharusnya berupaya untuk memiliki RBC yang lebih tinggi dari batas minimum yang ditetapkan. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan nasabah dan investor terhadap kekuatan keuangan perusahaan asuransi dan kemampuan perusahaan asuransi untuk menghadapi risiko.
Oleh: Iwan Setiawan SE, M.I.Kom
Dosen STISIP Widuri