Berita
Membahas tentang IPK, Apa Kaitannya dengan Peluang Kerja?
- 27 February 2021
- Posted by: webmaster
- Category: artikel widuri
Ramai memperbincangkan kesempatan kerja dan indeks prestasi komulatif (IPK) 1,77. Keramaian ini bermula dari warganet yang mengaku memiliki IPK 1,77 tetapi berhasil mendapatkan sejumlah posisi mentereng di berbagai perusahaan.
Warganet kemudian membandingkan IPK tinggi dan rendah pada peluang kerja, sampai mempertanyakan kelulusan mahasiswa denga IPK 1,77. Bahasan pun menjadi saling berbagi nilai IPK dan pekerjaan yang didapatkan saat ini. Bahkan, IPK1,77 menjadi trending hingga Jumat malam pukul 22.30 WIB dengan lebih dari 26.000 twit membahas soal ini.
Sebenarnya, seberapa besar pengaruh angka IPK terhadap peluang seseorang di dunia kerja? Psikolog Career Coach & Chief of Talent Management Division PT. Engineering Career Center Ria Aprilia, M.Psi., menjelaskan kaitan antara jumlah IPK dan peluang kerja.
Tidak sekadar angka Jika dilihat sekilas, IPK 1,77 kemungkinan besar tidak lulus, karena tidak dapat mengajukan skripsi atau dinyatakan lulus oleh sistem perkuliahan.
“Berarti kalau kita rata-rata itu kan isinya D sama E ya, jelas tidak lulus. Kalau kita memandang kampus sebagai ‘produsen aset SDM’ mestinya tidak lolos quality control,” kata Ria, saat dihubungi Kompas.com,
Akan tetapi, Ria menekankan, persoalan IPK dan peluang kerja, tidak hanya dilihat melalui angka yang tertera. “Jangan sampai kita lihat IPK sekadar angkanya saja, tetapi di balik itu apa yang terjadi,” kata dia.
Menurut dia, ada beberapa perusahaan yang lebih fokus pada skill atau kemampuan yang dimiliki pelamar. Mereka sudah tidak menentukan rekrutmen berdasarkan latar belakang pendidikan, bahkan angka IPK.
“Memang yang namanya IPK sekarang lumayan dilihat ya, walaupun enggak semua perusahaan.
Kembali lagi setiap perusahaan mempunyai standard masing-masing, kebijakan masing-masing,” kata Ria. Soft skill Meski ada beberapa perusahaan yang tidak melihat latar belakang pendidikan dan IPK, sejauh ini, mayoritas masih menggunakan IPK sebagai acuan.
“Cuma memang kalau kita lihat majority-nya, secara majority memang ada batasan minimal IPK. Ada yang 3 ada yang 3,5,” kata Ria. Ia menjelaskan, tidak ada yang menjamin IPK 1,77 akan bertahan atau tidak. Ada satu faktor yang jadi penentu, yaitu soft skill.
Soft skill yang dimaksud Ria, yaitu kemampuan, agile (ketangkasan), kemampuan memecahkan masalah, adaptasi, dan kolaborasi di lingkungan kerja.
Program Merdeka Belajar Dalam meningkatkan skill dan pengalaman, Ria mengingatkan, program Merdeka Belajar telah mencanangkan 8 bentuk kegiatan. “Kebijakan kampus Merdeka Belajar mulai digaungkan ya, karena kan memang akan banyak fokus pada kegiatan-kegiatan mahasiswa yang mendukung kulitas lulusannya,” kata dia. Delapan bentuk kegiatan pembelajaran di luar program studi, berdasarkan Permendikbud No 3 Tahun 2020 Pasal 15 ayat (1) dapat dilakukan di dalam program studi dan di luar program studi, meliputi:
- Pertukaran pelajar Pertukaran pelajar antar prodi pada kampus yang sama. Pertukaran pelajar dalam prodi yang sama pada kampus yang berbeda. Pertukaran pelajar antar prodi pada kampus yang berbeda.
- Magang atau praktik kerja Program ini dapat dilaksanakan selama 1-2 semester sehingga memberikan pengalaman yang cukup kepada mahasiswa, pembelajaran langsung di tempat kerja (experiential learning). Magang yang berjalan selama satu semester wajib mendapatkan minimum 20 SKS (tidak boleh kurang, tapi boleh lebih banyak).
- Asistensi mengajar di satuan pendidikan Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang memiliki minat dalam bidang pendidikan untuk turut serta mengakarkan dan memperdalam ilmunya dengan cara menjadi guru di satuan pendidikan. Program ini dilakukan oleh mahasiswa di satuan pendidikan seperti sekolah dasar, menengah, maupun atas. Sekolah tempat praktek mengajar dapat berada di lokasi kota maupun di daerah terpencil.
- Penelitian atau riset Bagi mahasiswa yang memiliki passion menjadi peneliti, Merdeka Belajar dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan penelitian di lembaga riset/pusat studi.
- Proyek kemanusiaan Keterlibatan mahasiswa selama ini umumnya bersifat voluntary dan hanya berjangka pendek. Namun pada program ini dirancang bersama organisasi resmi untuk dapat diberikan penilaian SKS oleh perguruan tinggi. Sekali program ini maksimal 1 semester dan dapat mengambil lagi pada semester lainnya.
- Kegiatan wirausaha Kebijakan Kampus Merdeka mendorong pengembangan minat wirausaha mahasiswa dengan program kegiatan belajar yang sesuai. Program ini dapat disusun pada tingkat perguruan tinggi, dengan menyusun silabus kegiatan wirausaha yang dapat memenuhi 20 SKS/semester atau 40 SKS/tahun.
- Studi/proyek independen Ini dijalankan untuk menjadi pelengkap dari kurikulum yang sudah diambil oleh mahasiswa. Perguruan tinggi atau fakultas juga dapat menjadikan studi independen untuk melengkapi topik yang tidak termasuk dalam jadwal perkuliahan, tetapi masih tersedia dalam silabus program studi atau fakultas.
- Membangun desa atau kuliah kerja nyata tematik (KKNT) KKNT merupakan suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah masyarakat di luar kampus. Melalui kampus merdeka program ini memiliki pengakuan kredit yang setara 6-12 bulan atau 20-40 SKS. Pelaksanaan KKNT dilakukan untuk mendukung kerja sama bersama Kementerian Desa PDTT serta Kementerian atau stakeholder lainnya. Sumber