Berita
Lenyapnya “Rasa Ingin Tahu” Mahasiswa
- 2 March 2021
- Posted by: webmaster
- Category: artikel widuri

Kebosanan menjadi sesuatu yang lumrah dirasakan oleh mahasiswa pada masa perkuliahan. Terkadang, metode mengajar dosen menjadi salah satu alasan yang dikeluhkan banyak mahasiswa. Akibatnya para mahasiswa menjadi tidak aktif dan antusias di kelas saat proses belajar mengajar serta lenyapnya ‘rasa ingin tahu’ pada diri mahasiswa.
Hal-hal yang dijelajahi ke dalam kepala mahasiswa hanya gagasan yang “siap pakai” di mana pengetahuan diterima. Di sini, cara berpikir kritis tidak dikembangkan secara maksimal. Usaha untuk berpikir menjadi sebuah kegiatan yang tidak menarik untuk dilakukan. Bahkan terkadang masih ada sebagian dosen yang mahasiswanya diminta untuk menghafal serangkaian teori dan data yang kerapkali tak ada kaitan dengan kebutuhan mahasiswa.
Kasus seperti ini memang masih banyak terjadi di berbagai perguruan tinggi, Ada banyak aspirasi yang disampaikan, namun tak sampai kepada mereka yang berhak menindak lanjuti. Wadah untuk menyampaikan aspirasi memang telah tersedia, hanya saja tindak lanjutnya sebatas basa-basi yang disampaikan kepada kami dan dibumbui dengan kalimat penenang.
Kadang terbesit ingin melakukan perubahan namun lebih memilih diam “mengikuti arus”. Sebenarnya siapa yang tidak peduli, mahasiswa atau mereka yang mempunyai kewenangan akan hal ini? Kalau ingin melakukan perubahan jangan tunduk terhadap kenyataan. Asalkan kita yakin di jalan yang benar, maka lanjutkan!
Di beberapa kampus yang lain juga mengalami kasus yang serupa terkait problem mahasiswa dan dosennya. Para dosen hanya melaksanakan apa yang menjadi tanggungjawab secara formalitas menyampaikan materi, namun tidak melihat kami mahasiswa yang merasa dirugikan akan minimnya perolehan ilmu dan waktu kuliah yang sering kosong tanpa jadwal pengganti.
Sebentar! Bukankah cara mengajar dosen yang monoton dan hanya berpatokan pada power point, apakah itu tidak disebut dengan masalah? Sebenarnya siapa yang bermasalah ketika apa yang disampaikan oleh dosen tidak mampu dipahami dan ketika ditanya tidak ada titik temu di antara keduanya. Sebagian mahasiswa juga ada yang mengatakan demikian “cara mengajar dosen itu kurang sesuai dengan RPS seharusnya dan lebih suka bercerita tentang pengalaman hidupnya yang tidak penting sama sekali. Namun, apabila kritik ini tidak diterima, maka kalau nantinya para mahasiswa semakin tidak tertarik mengikuti perkuliahan, bahkan bisa saja terjadi mogok belajar sampai apa yang disampaikan bisa diterima dan segera ditindak lanjuti.
Sebagai negara yang katanya menjunjung tinggi demokrasi, semua orang tentu bebas menyampaikan aspirasi mereka, termasuk dalam kelas. Memberikan perbandingan antara dosen satu dengan lain bisa menjadi tolak ukur baru untuk dosen yang memang tidak memenuhi standar kompetensi dalam hal mengajar. Sumber