Berita
Kesehatan Mental Mahasiswa saat Pandemi & Kuliah Online
- 6 April 2021
- Posted by: webmaster
- Category: artikel widuri

Pada Maret 2020 lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan surat edaran yang berisi perintah bagi seluruh instansi pendidikan untuk menunda pembelajaran secara tatap muka, dan menggantinya dengan metode video conference atau kelas online.
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara online tersebut kemudian dijalankan oleh semua sekolah dan kampus. Hingga Maret 2021, mayoritas sekolah dan kampus masih menjalankan pembelajaran online. Alhasil, sebagian besar peserta didik di Indonesia sudah belajar online nyaris setahun.
Di sisi lain, pandemi tidak hanya meningkatkan risiko gangguan kesehatan akibat penularan virus corona. Efek pandemi pada kesehatan mental juga jadi perhatian Badan Kesehatan Dunia (WHO).
“Pandemi telah berdampak besar terhadap kondisi kesehatan mental jutaan orang,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, 9 Oktober 2020 lalu di siaran resmi badan PBB itu.
Para petugas kesehatan, peserta didik yang tidak bisa ke sekolah, pekerja yang berisiko terpapar Covid-19 dan terancam PHK, masyarakat yang jatuh miskin, hingga mereka yang harus menjalani isolasi adalah kelompok yang menghadapi risiko penurunan kesehatan mental, menurut WHO.
Bagaimana Kesehatan Mental Mahasiswa Indonesia? Apakah penurunan kualitas kesehatan mental mahasiswa juga terjadi Indonesia? Mengenai isu ini, ada sejumlah hasil riset yang sudah diterbitkan sejumlah jurnal tanah air.
Namun, sebagian besar riset hanya mencakup responden di level lokal. Sebagian riset juga menyoroti secara langsung dampak dari kuliah online selama pandemi kepada kualitas kesehatan mental mahasiswa. Misalnya, hasil studi berjudul “Social media fatigue pada mahasiswa di masa pandemi COVID-19:
Peran neurotisisme, kelebihan informasi, invasion of life, dan kecemasan” dalam Jurnal Psikologi Sosial (Juni, 2020) terbitan UI.
Riset itu memeriksa apakah neurotisisme, kelebihan informasi, invasion of life, dan kecemasan memengaruhi “social media fatigue” pada mahasiswa yang belajar di rumah karena pandemi.\
Partisipan riset ini berjumlah 639 orang mahasiswa dari Jabodetabek dan beberapa kota lain yang aktif menggunakan media sosial sebagai sarana belajar di rumah dan juga mencari dan menerima berbagai informasi.
Social media fatigue adalah perasaan subjektif pengguna media sosial yang merasa lelah, jengkel, marah, kecewa, dan kehilangan minat, atau motivasi berinteraksi di berbagai medsos karena banyaknya konten yang ditemui.
Hasil penelitian ini menunjukkan besarnya pengaruh kelebihan informasi pada social media fatigue dan lebih rentannya kelompok mahasiswa pria untuk mengalami kondisi ini saat belajar di rumah selama pandemi COVID-19.
“Individu menemui kesulitan untuk bisa mengatasi begitu banyaknya informasi dan meninggalkan media sosialnya sebab hal ini terkait dengan kebutuhan akademis untuk belajar di rumah selama pandemi COVID-19,” tulis para peneliti di laporan itu.
“Mahasiswa yang belajar di rumah karena pandemi rentan mengalami social media fatigue karena media sosial yang biasa digunakan sebagai coping stress dalam kasus ini menjadi sumber stres baru,” demikian kesimpulan mereka.